Senin, 03 September 2012

Tanggamus, Lampung: Cerita-Cerita tentang Bukit Pertambangan


Kami bertemu dengan orang yang termasuk lama tinggal di pemukiman itu.  Berdasarkan ceritanya, pertambangan emas itu dulunya adalah hutan. Dulu, yang membuka lahan di tempat itu adalah perantau tangguh dari Padang dan Bugis. Orang Jawa sebenarnya mengikuti  jejak mereka. Meski begitu, yang tinggal di sana sekarang banyak dari kalangan orang Jawa. Daerah itu juga termasuk daerah transmigrasi.

Orang-orang pendatang menanam berbagai tanaman, seperti kopi dan kakao. Ada juga cengkeh yang ditanam orang Bugis yang sekarang sudah mulai ditinggalkan. Hutan yang ditanami itu juga termasuk kawasan hutan lindung.

Dulu, sebelum menjadi lokasi tambang, daerah itu menjadi lokasi perusahaan kayu. Karena tidak maju, perusahaan itu gulung tikar. Suatu hari ditemukanlah potensi mineral emas di daerah tersebut. Mulailah observasi dan masuklah para ekspatriat mendirikan perusahaan tambang di sana.

Yup, ada lagi yang ingin kuceritakan. Apa dampak dari adanya perusahaan itu? Limbah? Aku tidak pandai membicarakannya. Setahuku dari sedikit mencuri dengar, perusahaan ini menyedot banyak pekerja. Mengurangi banyak pengangguran, ya? Banyak yang berminat bekerja di sana meskipun pekerjaan ini berbahaya karena mereka harus menambang di goa-goa. Kalau sedang ada gempa dan longsor berbahaya, kan?

Berikut ini adalah pemikiran temanku. Banyak pekerja tambang yang dulunya petani. Bagaimana ini? Mineral emas tidak selamanya ada. Ketika sumber daya itu habis, para pekerja itu harus mencari pekerjaan lain.  Apa mereka bisa kembali menjadi petani? Apakah lahan pertanian yang sudah disulap menjadi pertambangan bisa dikembalikan menjadi area pertanian dan perkebunan yang subur kembali?

Bagaimana kalau menurutmu? Seperti apa pengelolaan potensi tambang yang bijak?

Tidak ada komentar: