Sabtu, 01 September 2012

Seorang Anak Kecil

Baiklah. Udahan, ya, cerita tentang dia. Lain kali lagi. Percuma banyak cerita. Hanya mengulang saja.

Ada seorang anak kecil. Aku sangat sayang padanya. Dia putra seorang tetangga. Dia tampan. Jika kau memeluknya, bisa kau rasakan tubuhnya mungil, tulang dan dagingnya lemas. Kurasa umurnya sudah 2 tahun lebih, tapi ia belum juga bisa berbicara.

Aku sayang padanya. Entah. Tiap pulang ke rumah rasanya aku ingin bermain dengannya saja. Tiba-tiba, tadi malam aku merindukannya. Bagaimana kabarnya, ya?

Dia tumbuh dari janin yang mengagumkan. Suatu hari ibunya menderita stroke. Di saat yang bersamaan, ada janin yang siap berkembang di rahimnya. Tentu saja, ada 2 dokter yang berebutan untuk menyelamatkan, dokter syaraf dan dokter kandungan. Dokter syaraf menyelamatkan ibu. Dokter kandungan menyelamatkan janin. Oh, tapi, obat untuk ibu berbahaya untuk janin. Namun, jika ibu tidak diberi obat, janin selamat, tapi ibu terancam. Bagaimana?

Begitulah, si ibu akhirnya selamat dengan obat-obatan. Tidak ada yang menyangka janinnya juga selamat. Namun, bayi tampan yang lahir tanpa cacat itu mulai terlihat terhambat. Lama ia baru bisa berjalan dan sampai sekarang belum bisa berbicara. Tidak seperti teman-temannya, tapi dia sehat dan tidak cacat.

Aku suka dengannya. Saat kugendong, dia suka menunjuk-nunjuk apa saja di dekatnya sambil mengerang. Aku tahu. Dia pasti bertanya, "Itu apa?". Lalu, aku akan menyebut nama benda itu dan mempraktekkan bagaimana menggunakannya. Satu benda beralih ke benda lain. Satu kata beralih ke kata lain.

Aku merindukan anak kecil itu. Tatapan matanya itu membuatku merasa mungkin kami punya nasib yang sama.

Sekarang, dia sudah bisa berjalan dan semoga saja sebentar lagi ia berbicara lalu bercerita banyak denganku.

Dia mengingatkan aku pada cita-citaku. Linguistik klinik. Aku ingin berkecimpung di bidang itu, tapi belum tahu bagaimana.

Tidak ada komentar: