Sabtu, 01 September 2012

Dia: Kami Berpisah (Lagi)

Kami sama-sama lulus sekolah menengah.

Sudah lama aku ingin berada jauh dari orang tua. Aku ingin merantau dan mandiri. Benar saja, aku diterima di sebuah universitas terfavorit di negriku. Sangat jauh dari orang tua. Banyak hal yang harus kuperjuangkan hingga aku bertahan di universitas ini, tapi tidak saatnya aku menceritakannya.

Ya, kami berpisah meski tanpa kata karena kami memang tidak pernah bertegur sapa. Namun, bagiku aku serasa terpisah dari dia. Tidak lagi bisa mencuri pandang atau sekadar mencuri dengar. Aku sedih, tapi aku juga senang. Aku berkata dalam hati, "Semuanya akan berakhir. Rasaku hanya sementara. Tidak lagi perlu berduka."

Aku senang dia kuliah di bidang yang dia sukai. Saat itu, ini terasa lebih menenangkan daripada keberhasilanku diterima di universitas yang kata orang "terbaik" di negri ini. Aku tidak pernah peduli. Aku hanya ingin jauh dari kotaku, terlebih dari dia.

Jangan tanya tentang cita-cita. Dulu, aku ingin jadi dokter. Aku selalu kagum dengan ilmu pengetahuan alam, tentang gunung, tentang laut, tentang langit, tentang angin, tentang batu, tentang binatang, tentang bunga, tentang manusia. Tentang Tuhan? Aku tidak terlalu mempermasalahkan. Aku percaya Tuhan, menyembahnya dengan cara Islam. Itu saja. Aku membaca Tuhan pada alam. Memang, aku tidak kuliah di kedokteran, tapi suatu hari kau akan bisa lihat aku tetap bisa berkecimpung di dunia ini karena aku tidak pernah lupa apa yang aku inginkan. Aku akan menemukan jalan.

Aku suka bahasa. Bahasa itu menyimpan misteri. Bahasa menyimpan segalanya. Dan, bahasalah yang seharusnya mampu mempertemukan aku dan dia. Dan, dia seharusnya tidak melupakan bahasa kami. Dan, seharusnya aku mengajarkan bahasaku padanya.

Aku kuliah di jurusan bahasa. Diejek memang, tapi biarlah.

Baiklah, aku, kan, ingin bercerita tentang dia. Dia dan aku berpisah sampai sekarang. Ternyata, semua perkiraanku melenceng. Yang kupendam makin kupendam. Salahku, justru makin keperam hingga semuanya menjadi sulit bagiku.

Tidak ada komentar: