Sabtu, 01 September 2012

Dia: Kami Hanya Teman

Hai...ingin meracau saja hari ini. Aku ingin cerita tentang dia. Agak rahasia, tapi biarlah. Toh, di sini hanya ada kau saja.

Dia. Berulang kali aku berkata pada diri sendiri, pasti aku sudah gila. Bertahun-tahun aku bertanya mengapa selalu dia yang ingin kulihat. Mengapa selalu dia yang ingin kudoakan. Mengapa selalu dia yang ingin  kuceritakan. Apakah aku ingin bersamanya? Ah, tidak juga. Atau, aku belum menginginkannya. Aku hanya ingin dia baik saja, makin dewasa, bertemu dengan teman yang tepat, dan menjadi orang yang sadar akan dirinya.

Ah, kau sudah menebak. Memang gampang ditebak. Bukan galau hanya ingin bercerita.

Kapan aku mengenalnya, aku sudah lupa. Aku ingat bertahun-tahun yang lalu kami bermain bersama. Dia bercerita dengan lagak jumawa bahwa dia akan pergi. Oh. Aku tidak ingat rasanya. Mungkin juga karena dia memang bukan orang yang berarti bagiku. Hanya teman bermain biasa. Dia pergi, aku dapat teman lagi.

Aku ingat hari itu. Aku bertanya apakah dia akan kembali. Ya, dia bilang dia akan kembali. Aku bertanya apakah dia akan mengingat bahasa daerah kami. Dia bilang, mungkin tidak ingat lagi karena dia akan pergi lama ke tempat yang jauh dan asing. "Ajari aku bahasa asing itu", mintaku. Ya, dia mengajariku meski aku tahu itu bahasa karangannya yang lebih buruk dari racauan orang gila.

Itu saja yang kuingat. Tentu saja, pasti karena dia tidak berarti apa-apa.

Tidak ada komentar: