Selasa, 02 November 2010

Puisi Aku Ingin (karya Sapardi SD) Puisi Sufi

Puisi Cinta Hamba pada Tuhan

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak pernah diucapkan
kayu pada api yang menjadikannya abu


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak pernah disampaikan
awan pada hujan yang menjadikannya tiada
(Sapardi Djoko Darmono)

Pasti puisi ini sudah tidak asing lagi bagi para penikmat sastra, apalagi muda-mudi yang sedang dirundung asmara. Puisi bahkan sering dikutip untuk mengungkapkan cinta atau sebagai referensi seseorang untuk mendefinisikan cinta.

Memang benar ini puisi cinta. Sekadar pendapat, ini puisi cinta yang amat sederhana tapi mengandung makna luar biasa.

Bagi saya ini tidak saja bisa diartikan puisi seseorang yang dengan cinta tulus pada orang lain. Ini puisi sufi. Ini puisi cinta seorang hamba pada Tuhannya.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Cinta seorang hamba memang sangat sederhana. Jauh lebih sederhana dibanding cinta sang Pencipta pada hambanya.

dengan kata yang tak pernah diucapkan
dengan isyarat yang tak pernah disampaikan

Sudah menjadi kesepakatan universal bahwa cinta yang tulus tidak terkatakan. Tidak perlu digembar-gemborkan.

kayu pada api yang menjadikannya abu
awan pada hujan yang menjadikannya tiada

Di sini letak kesufian puisi ini. Lihat, kayu dan api, awan dan hujan, adalah simbol kedekatan, bahkan penyatuan. Jika kita teliti lagi dari kacamata sufi, puisi ini menggunakan ide-ide tasawuf. Manunggaling kawula Gusti—pernah dengar istilah ini kan? Inilah konsep tasawuf yang diajarkan seorang sufi Jawa Syeh Siti Jenar yang intinya berarti kemanunggalan/ kesatuan makhluk dengan Tuhannya.

Puisi sufi merupakan sarana penyair untuk menyampaikan pemahamannya akan keberadaan Tuhan. Isinya sama, yakni keyakinan dalam hati akan Tuhan, pelepasan raga atau pelepasan kehidupan duniawi, kesucian roh, bahkan penyatuan hati pada Tuhan.

Jika dengan betul kau baca dirimu bagai naskah
Kau akan kekal, roh itu kebenaran, yang lain semuanya dusta
Nizami. Haft Paikar (Tujuh Jelita)

Tidak ada komentar: