Jumat, 05 November 2010

Pernyataan Maaf untuk Sahabat


Memang tidak seharusnya aku mencari teman untuk sekadar teman pemecah sepi sendiri tanpa arti. Yang kupertanyakan ialah ketika aku merasa yakin aku mendapat sahabat berarti, suatu ketika kedekatan itu seperti bencana yang membuat hubungan rumit, aneh, dan membuatku menyakiti diri sendiri. Perasaan buruk, memuakkan, memualkan makin menjadi-jadi.

Namun, agaknya barusan aku mendapat pencerahan. Jiaaahhh, macam definisi budaya saja. Iya, kita tidak boleh sedih karena kita punya budaya... yang ini kapan-kapan saja ceritanya. Lagipula, aku harus segera menyingkirkan buku-buku sastra sarat filsafat itu dahulu dan kembali pada keimanan, Qur an dan sunah, kurang mengerti juga sih, aku kurang tahu ilmu agama, semoga segera mendapat hidayah.

Back to the main topic...

Yah, beberapa hari ini, kemarahanku makin menjadi-jadi. Aku depresi. Stres. Gila. Menuangkan semuanya dalam tulisan...mungkin dosen penulisan populerku mengerti...dan seorang sahabat lama yang muncul lagi sebagai pahlawan penyelamatku dari keterpurukan. Dia sibuk juga belakangan ini. 

Aku menulis begitu banyak. Merenung begitu banyak. Menangis begitu banyak. Mengeluh begitu banyak. Membenci begitu banyak. Tapi pada akhirnya, tulisanku berakhir. Yang tersisa hanya tulisan “Aku sayang Kamu, Temanku. Terserah, Kau tahu atau tidak. Kamu memang tidak pernah merasa perlu  mengetahui tentangku. Tak apa. Tapi aku masih menyayangimu, Sahabatku”.


Tidak ada komentar: