Kamis, 13 Juni 2013

IRI: Pelajaran dari Film Korea

Kemarin, aku menonton film Korea, film horor. Ah, tidak terlalu seram, malahan sedikit melodrama. Kisah sepasang sahabat...ah...ini membuatku mengenang sahabat-sahabatku. Ceritanya tentang persahabatan yang retak bahkan hancur gara-gara iri dengki.

Tragis. Sepasang sahabat itu sama-sama suka balet. Yang satu lebih berbakat. Yang satunya, iya, dia iri, sangat iri. Karena irinya, diam-diam ia mendoakan yang buruk untuk sahabatnya, diam-diam ia menaruh pecahan kaca dalam sepatu balet sahabatnya. Sahabatnya itu tahu tentang pecahan kaca itu, tapi ia diam saja. Membiarkan kakinya tertusuk kaca saat menari. Membiarkan tusukan kaca itu dari sahabatnya. Apa yang ia pikirkan, mungkin ia ingin merasakan rasa sakit sahabatnya dari pecahan kaca itu.

Padahal, ia selalu ingin menjadi sepasang balerina dengan sahabatnya. Bakat dan usahanya yang menjadikannya di puncak serasa tak lengkap tanpa sahabatnya itu.

Tapi, apa boleh buat. Mungkinkah ia akan berperilaku sama jika ia ada di posisi sahabatnya?
Huh. Betapa iri itu seburuk-buruknya sifat.

Suatu hari, aku bertengkar dengan sahabatku. Awalnya, kupikir tak ada masalah. Kita makan bersama seperti biasa. Bercerita macam-macam seperti biasa. Lalu tiba-tiba, ia menghabiskan minumannya dengan kasar, meletakkan gelas dengan kasar hingga suara benturannya tak akan pernah aku lupakan. Terlebih kata-katanya kemudian. "Aku iri sama kamu!", lantang sekali kata-katanya. Oh Tuhan, apa yang membuatmu seperti ini? Kau terluka. Aku juga terluka.

Tapi, iri itu wajar. Aku pernah. Tapi, untuk apa? Lama-lama aku lelah. Lebih baik berfokus pada keunggulan diri sendiri dan berguru pada orang yang aku pandang punya kelebihan. Iri pada orang yang punya kelebihan lalu mendoakan yang buruk itu rugi saja. Lebih baik belajar darinya bagaimana ia mendapatkan itu semua, bekerja sama, dan bantu ia juga--lalu ia akan membantumu atau Tuhan yang akan membantumu.



Tidak ada komentar: