Minggu, 21 Februari 2016

Menulis Lagi? (bagian 1)

Rasanya, sudah bertahun-tahun aku berhenti menulis. Tulisan terakhir di blog ini (bukan terakhir juga, itu yang judulnya “Tidak Salah!”, tapi sesungguhnya salah besar, haha) kutulis sekitar 2 tahun lalu. Tentang apa? Apalagi kalau bukan kisah cinta kanak-kanak. Itu cerita cinta pertama, sebetulnya ada yang kedua, tapi malas nulisnya. Aku memang tidak pernah pacaran, tapi sebagai perempuan biasa yang lemah dan sering makan mecin, aku pun pernah tertipu (oleh indahnya dunia…), wkwkwk. Sudahlah. Aku rasa menulis kisah cinta sudah tidak terlalu menarik dan tak perlu lagi dibicarakan. Aku percaya laki-laki itu baik. Hanya saja mereka menyebalkan.

Hah. Jadi, sekarang aku mau menulis apa? Hei, aku belajar merajut. Agak drama di awal aku belajar. Temanku yang sudah pandai duluan langsung menanyaiku aku ingin membuat apa, buat tas, syal, bros, dll? Mungkin, cara belajarnya dan belajarku berbeda. Aku tidak bisa belajar seperti itu sesungguhnya. Di awal belajar, aku tidak bisa membayangkan akan membuat apa. Aku hanya bisa berpikir sampai batas merajut itu apa dan bagaimana. Sama seperti saat aku masuk Jurusan Sastra Indonesia, orang-orang repot menanyai dan mengkhawatirkanku akan jadi apa. Tentu saja, aku tidak berpikir jadi apa saat mendaftar, sungguh, aku hanya mengikuti naluri aku ingin belajar itu. Itu saja. Sama sekali bukan visioner, bukan? Wkwkwkwk.


Kembali ke rajutan, drama yang terjadi ialah aku salah mengunduh tutorial. Ya, waktu itu, aku sedang di rumah dan internet tidak terlalu bagus sehingga aku mengunduh tutorial asal-asalan. Karena teman menanyaiku aku mau buat apa, jadi aku mengunduh tutorial cara buat tas. Benang dan jarum yang kupakai sesungguhnya salah dan tutorial itu lebih cocok untuk orang yang sudah punya dasar. Ia mengajarkan single crochet yang waktu itu aku tidak tahu jenis-jenis crochet. Bagiku sangat rumit. Aku bisa, tapi rasanya tidak enak saja, lama, dan terlihat kurang bagus. Aku pun malas belajar lalu kutinggal.

Temanku yang sudah mahir itu masuk kamarku dan tanpa sengaja menemukan hasil rajutanku yang tidak berbentuk itu. Dia mengatakan sesuatu tentang single crochet lalu nyeletuk tentang double crochet. Dari situ, aku tahu jenis crochet itu bermacam-macam. Dia mencontohkan double crochet. Melihat gerakan tangan double crochet, aku mengerti hubungan pola single dan double crochet. Aku membuatnya berulang-ulang sampai tanganku dan hasilnya stabil. Aku membuat saja tanpa berpikir akan menghasilkan produk apa. Ya, seperti itu cara belajar yang cocok untukku.

Setelah aku lancar, aku lihat tutorial jenis crochet yang lain. Semua sudah tidak terlihat rumit bagiku. Aku bisa mengikuti gerakan triple crochet, half double crochet, half stitch dengan sekali lihat saja. Aku juga sudah bisa mengikuti tutorial-tutorial pola-pola lain yang intinya kombinasi dari jenis crochet dasar. Ternyata, mudah! Aku bisa membuat arabel cable stitch, pola yang bisa dipakai untuk tas, bentuknya lengkok-lengkok seperti pita. Terlihat rumit karena gabungan dari single, double, half double, dan triple crochet yang dibuat saling silang dan tindih-menindih. Aku juga bisa membuat crocodile stitch, tas yang membulat, dan bros bunga mawar yang cantik. Sayang, aku batuk terus sejak pegang benang. Entah kebetulan atau bukan, mungkin aku alergi jadi aku berhenti sampai sekarang. Tas lengkok-lengkok belum juga jadi. Uhh. Sekarang ini, aku sedang tidak lagi mood merajut lagi. Hahahaha.

Jadi, inilah tulisan pertamaku setelah lama tidak menulis? Tulisan tentang rajutan, hahaha. Bagimu mungkin cerita ini tidak penting, tapi bagiku ini penting karena aku sadar sesadar-sadarnya bagaimana sesungguhnya caraku mempelajari sesuatu.

Aku harus mengikuti naluriku ingin belajar apa tanpa berpikir banyak-banyak apa gunanya karena hal yang penting bagiku adalah aku menguasai suatu ilmu dan yang kukuasai harus benar-benar kokoh dari akarnya. Seperti merajut, tidak penting bagiku bahwa tas itu dibuat dengan cara begini dan begitu, tetapi yang penting bahwa jenis tusukan ini itu bisa menghasilkan tas. Bagiku, jika aku bisa menguasai suatu dasar, aku bisa mengembangkannya jadi apapun, tapi “apapun” itu dipikir belakangan saja, hahaha. Kira-kira begitulah.


Selama ini, aku terlalu ikut-ikutan orang-orang untuk mulai memikirkan “apapun” itu di awal hingga aku pusing dan berdebar-debar. Padahal, itu bukan jiwaku dan sepertinya tidak perlu aku pikirkan saat sedang mempelajari sesuatu. Tujuan saat belajar hanya satu, benar-benar menguasai ilmu itu. Itu saja.

Tidak ada komentar: