Rasanya, sudah bertahun-tahun aku berhenti menulis. Tulisan
terakhir di blog ini (bukan terakhir juga, itu yang judulnya “Tidak Salah!”,
tapi sesungguhnya salah besar, haha) kutulis sekitar 2 tahun lalu. Tentang apa?
Apalagi kalau bukan kisah cinta kanak-kanak. Itu cerita cinta pertama,
sebetulnya ada yang kedua, tapi malas nulisnya. Aku memang tidak pernah
pacaran, tapi sebagai perempuan biasa yang lemah dan sering makan mecin, aku
pun pernah tertipu (oleh indahnya dunia…), wkwkwk. Sudahlah. Aku rasa menulis
kisah cinta sudah tidak terlalu menarik dan tak perlu lagi dibicarakan. Aku
percaya laki-laki itu baik. Hanya saja mereka menyebalkan.
Hah. Jadi, sekarang aku mau menulis apa? Hei, aku belajar
merajut. Agak drama di awal aku belajar. Temanku yang sudah pandai duluan
langsung menanyaiku aku ingin membuat apa, buat tas, syal, bros, dll? Mungkin,
cara belajarnya dan belajarku berbeda. Aku tidak bisa belajar seperti itu
sesungguhnya. Di awal belajar, aku tidak bisa membayangkan akan membuat apa.
Aku hanya bisa berpikir sampai batas merajut itu apa dan bagaimana. Sama seperti
saat aku masuk Jurusan Sastra Indonesia, orang-orang repot menanyai dan
mengkhawatirkanku akan jadi apa. Tentu saja, aku tidak berpikir jadi apa saat
mendaftar, sungguh, aku hanya mengikuti naluri aku ingin belajar itu. Itu saja.
Sama sekali bukan visioner, bukan? Wkwkwkwk.
Kembali ke rajutan, drama yang terjadi ialah aku salah
mengunduh tutorial. Ya, waktu itu, aku sedang di rumah dan internet tidak
terlalu bagus sehingga aku mengunduh tutorial asal-asalan. Karena teman
menanyaiku aku mau buat apa, jadi aku mengunduh tutorial cara buat tas. Benang
dan jarum yang kupakai sesungguhnya salah dan tutorial itu lebih cocok untuk
orang yang sudah punya dasar. Ia mengajarkan single crochet yang waktu itu aku tidak tahu jenis-jenis crochet. Bagiku sangat rumit. Aku bisa,
tapi rasanya tidak enak saja, lama, dan terlihat kurang bagus. Aku pun malas
belajar lalu kutinggal.
Temanku yang sudah mahir itu masuk kamarku dan tanpa sengaja
menemukan hasil rajutanku yang tidak berbentuk itu. Dia mengatakan sesuatu
tentang single crochet lalu nyeletuk
tentang double crochet. Dari situ,
aku tahu jenis crochet itu
bermacam-macam. Dia mencontohkan double
crochet. Melihat gerakan tangan double
crochet, aku mengerti hubungan pola single
dan double crochet. Aku
membuatnya berulang-ulang sampai tanganku dan hasilnya stabil. Aku membuat saja
tanpa berpikir akan menghasilkan produk apa. Ya, seperti itu cara belajar yang
cocok untukku.
Setelah aku lancar, aku lihat tutorial jenis crochet yang lain. Semua sudah tidak
terlihat rumit bagiku. Aku bisa mengikuti gerakan triple crochet, half double crochet, half stitch dengan sekali
lihat saja. Aku juga sudah bisa mengikuti tutorial-tutorial pola-pola lain yang
intinya kombinasi dari jenis crochet dasar.
Ternyata, mudah! Aku bisa membuat arabel cable stitch, pola yang bisa dipakai
untuk tas, bentuknya lengkok-lengkok seperti pita. Terlihat rumit karena
gabungan dari single, double, half
double, dan triple crochet yang
dibuat saling silang dan tindih-menindih. Aku juga bisa membuat crocodile stitch,
tas yang membulat, dan bros bunga mawar yang cantik. Sayang, aku batuk terus
sejak pegang benang. Entah kebetulan atau bukan, mungkin aku alergi jadi aku
berhenti sampai sekarang. Tas lengkok-lengkok belum juga jadi. Uhh. Sekarang
ini, aku sedang tidak lagi mood merajut lagi. Hahahaha.
Jadi, inilah tulisan pertamaku setelah lama tidak menulis?
Tulisan tentang rajutan, hahaha. Bagimu mungkin cerita ini tidak penting, tapi
bagiku ini penting karena aku sadar sesadar-sadarnya bagaimana sesungguhnya
caraku mempelajari sesuatu.
Aku harus mengikuti naluriku ingin belajar apa
tanpa berpikir banyak-banyak apa gunanya karena hal yang penting bagiku adalah
aku menguasai suatu ilmu dan yang kukuasai harus benar-benar kokoh dari
akarnya. Seperti merajut, tidak penting bagiku bahwa tas itu dibuat dengan cara
begini dan begitu, tetapi yang penting bahwa jenis tusukan ini itu bisa
menghasilkan tas. Bagiku, jika aku bisa menguasai suatu dasar, aku bisa
mengembangkannya jadi apapun, tapi “apapun” itu dipikir belakangan saja,
hahaha. Kira-kira begitulah.
Selama ini, aku terlalu ikut-ikutan orang-orang untuk
mulai memikirkan “apapun” itu di awal hingga aku pusing dan berdebar-debar.
Padahal, itu bukan jiwaku dan sepertinya tidak perlu aku pikirkan saat sedang
mempelajari sesuatu. Tujuan saat belajar hanya satu, benar-benar menguasai ilmu
itu. Itu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar